Enjoy every single moment. The good, the bad, the beautiful, the ugly, the inspiring, the not-so-glamorous moment. And THANK GOD through it all. -Meghan Matt

Tuesday, July 23, 2013

Jangan Sendirian !

Serigala lebih suka mengincar rusa yang sendirian daripada rusa dalam kawanan. Aku tahu rasanya. Tak enak. Sama sekali tak enak. Makanya dalam islam, yang berjamaah selalu lebih baik. Dengan berjamaah seseorang bisa lebih kuat menghadapi tantangan dari luar maupun dalam dirinya. Selain itu juga dapat lebih diterima dengan baik oleh orang lain.

Di dunia nyata, tak setiap niat baik diterima dengan baik. Aku tahu betul. Di dunia serba hidup ini juga, tak setiap kejujuran langsung berbuah baik. Dunia penuh dengan jebakan-jebakan komunikasi. Bahwa orang membutuhkan skill berkomunikasi yang cantik dan strategik supaya bisa diterima dalam komunitas. Dunia yang menyajikan permainan seru : kalau kau jujur, kau mati. Sebaliknya, kalau kau pandai memainkan peran, kau aman.

Begitulah dunia ini. Aku baru belajar satu hal lagi dalam hidup. Bahwa tak semua hal boleh kau katakan dengan jujur blaka suta; jujur 100%; pada temanmu. Even your friend! Betapa gila.

Di hari minggu di terik dahaga puasa, seorang senior menelponku. "Pa H minta no. Telp teman-teman," katanya. Aku kemudian memberinya, sambil bertanya-tanya kenapa hari minggu meminta no. Telp. Apa disuruh berangkat kerja? Atau diminta rapat di luar? Atau malah supaya jalan-jalan sebab biasa minggu bukan hari kerja. Pa H kan biasa jalan dengan seniorku muter-muter bandung. Kemudian aku ketikkan no. Telp mereka semua. Klik send.

Ada terpikir ingin memberitahu A, B, dan C. Katakan pada mereka kalau tadi aku mengirimkan no. Pada sang senior. Sudah kuketik tapi kupikir terlalu berlebihan, jadi urung. Kuhapus lagi. Hari berjalan menyenangkan berikutnya; hingga besoknya.

Pagi-pagi di kantor; seorang kawan, A sedang mengetik di meja kerja. Dengan laptopnya. Tumben sekali. Baru kali ini aku melihatnya membawa laptop ke kantor. Kelihatan sangat serius dan sangat lelah.

Usut punya usut, ternyata kemarin dia diminta datang jam 12 siang ke kantor. Ada rapat khusus di kantor. Dia disuruh mengerjakan tugas hingga pulang jam 23.00. Lantas dia kerjakan hingga pagi, tak sempat  sahur dan hal lain. Tugas sangat banyaknya. Hari itu juga dia katakan dua orang atasan, H dan N menelponnya, sampai dia bingung.

Wah. Aku kaget sekali mendengarnya. Seketika itu juga aku langsung ingat senior yang kemarin meminta no. Telp. Berarti kemungkinan pertama yang terjadi. Aku langsung merasa bersalah. Kemudian langsung kubilang kalau kemarin aku memberi no. Telp A, B, dan C kepada senior.

Begitu saja.
Ketika absen sore, kami bertemu semua, kecuali A.

Karena aku seangkatan dengan A, B, dan C; kemudian aku yang ditanya berapa no. Telp mereka; karena aku memberi no. Telp tersebut tanpa mereka tahu; karena kemudian A diberi tugas sangat banyak hingga lembur; karena mungkin B, C, dan D merasa amat setia kawan; karena aku hanya sendirian; karena mungkin aku paling mungkin bisa dijadikan tersangka; jadilah aku disalahkan. Lagi. Bukan dengan kata, tetapi dengan sikap dan mata mereka. Sama saja menyakitkan menurutku.

Baiklah, sekarang lebih baik bicara logika saja. Dengan pikiran dan hati yang adem. Tak perlu pakai emosi, karena bikin capek.

1. Kalau secara logika, atasan sedang sangat membutuhkan bantuan A, B, C. Cara tercepat untuk menemukan no. Telp mereka adalah dengan menghubungi teman seangkatan, dan itu aku. Jadi salahkah kalau aku memberitahu no. Telp mereka?

2. Kalau aku memang tak memberi no. Telp A, B, C, misalnya. Mereka atasan. Apa sulit bagi atasan tersebut mencari no. Telp A, B, dan C? Hallow. Id ada dimana-mana, sebagai pegawai juga terdaftar resmi. Memangnya sesulit mencari orang di tengah padang pasir?

3. Lagipula pertanyaannya, kalau H yang meminta no. Telp, kenapa N juga menelpon? Dapat no. Hp darimana dia?

4. Kalaupun hari minggu gagal dihubungi, masih ada Hari Senin. Bukankah tugas itu pasti, mau tak mau akan ditugaskan juga?

5. Kalau dari berbagai sisi ternyata tindakanku memang kurang tepat dan sulit dimaafkan, apa yang bisa kulakukan untuk menebusnya?

Aku sepenuhnya mengerti B, C, dan D marah karena simpati dengan A. Setia kawan, mungkin namanya. Wah. Kalau begitu aku mungkin adalah rusa paling tak punya rasa setia kawan di mata mereka. Biarlah. Biar. Suatu saat A, B, c, dan bahkan D bakal mengerti.

Marah seperti itu tidak sama dengan melindungi. Kesetiakawanan sejati hanya bisa dilihat ketika keadaan darurat. Seorang sahabat yang dikatakan setia adalah yang selalu melindungi dan berbagi. Entah sekacau apapun keadaan dirinya, tetap memperhatikan sahabatnya. Dalam keadaan itu pun dia akan sepenuhnya mencari jalan keluar, bukan berubah menjadi serigala dan mencari rusa sendirian untuk diincar.

Aku juga belajar hal lain dari ini : aku harus punya kawanan. Aku harus punya teman berkumpul. Teman yang saling mengingatkan kebaikan, dimanapun aku berada. Bismillah,

Ditulis Oleh : Lestarini // 7/23/2013 11:26:00 AM
Kategori: