Serigala lebih
suka mengincar rusa yang sendirian daripada rusa dalam kawanan. Aku tahu
rasanya. Tak enak. Sama sekali tak enak. Makanya dalam islam, yang berjamaah
selalu lebih baik. Dengan berjamaah seseorang bisa lebih kuat menghadapi
tantangan dari luar maupun dalam dirinya. Selain itu juga dapat lebih diterima
dengan baik oleh orang lain.
Di dunia nyata,
tak setiap niat baik diterima dengan baik. Aku tahu betul. Di dunia serba hidup
ini juga, tak setiap kejujuran langsung berbuah baik. Dunia penuh dengan
jebakan-jebakan komunikasi. Bahwa orang membutuhkan skill berkomunikasi yang
cantik dan strategik supaya bisa diterima dalam komunitas. Dunia yang
menyajikan permainan seru : kalau kau jujur, kau mati. Sebaliknya, kalau kau
pandai memainkan peran, kau aman.
Begitulah dunia
ini. Aku baru belajar satu hal lagi dalam hidup. Bahwa tak semua hal boleh kau
katakan dengan jujur blaka suta;
jujur 100%; pada temanmu. Even your
friend! Betapa gila.
Di hari minggu
di terik dahaga puasa, seorang senior menelponku. "Pa H minta no. Telp
teman-teman," katanya. Aku kemudian memberinya, sambil bertanya-tanya kenapa hari minggu
meminta no. Telp. Apa disuruh berangkat kerja? Atau diminta rapat di luar? Atau
malah supaya jalan-jalan sebab biasa minggu bukan hari kerja. Pa H kan biasa jalan dengan
seniorku muter-muter bandung. Kemudian aku ketikkan no. Telp mereka semua. Klik
send.
Ada terpikir
ingin memberitahu A, B, dan C. Katakan pada mereka kalau tadi aku mengirimkan no. Pada sang
senior. Sudah kuketik tapi kupikir terlalu berlebihan, jadi urung. Kuhapus
lagi. Hari berjalan menyenangkan berikutnya; hingga besoknya.
Pagi-pagi di
kantor; seorang kawan, A sedang mengetik di meja kerja. Dengan laptopnya. Tumben sekali.
Baru kali ini aku melihatnya membawa laptop ke kantor. Kelihatan sangat serius
dan sangat lelah.
Usut punya usut,
ternyata kemarin dia diminta datang jam 12 siang ke kantor. Ada rapat khusus di
kantor. Dia disuruh mengerjakan tugas hingga pulang jam 23.00. Lantas dia
kerjakan hingga pagi, tak sempat sahur dan hal lain. Tugas sangat
banyaknya. Hari itu juga dia katakan dua orang atasan, H dan N menelponnya, sampai dia
bingung.
Wah. Aku kaget
sekali mendengarnya. Seketika itu juga aku langsung ingat senior yang kemarin
meminta no. Telp. Berarti kemungkinan pertama yang terjadi. Aku langsung merasa
bersalah. Kemudian langsung kubilang kalau kemarin aku memberi no. Telp A, B, dan C kepada senior.
Begitu saja.
Ketika absen
sore, kami bertemu semua, kecuali A.
Karena aku
seangkatan dengan A, B, dan C; kemudian aku yang ditanya berapa no. Telp mereka; karena aku
memberi no. Telp tersebut tanpa mereka tahu; karena kemudian A diberi tugas sangat banyak
hingga lembur; karena mungkin B, C, dan D merasa amat setia kawan; karena aku hanya sendirian; karena mungkin
aku paling mungkin bisa dijadikan tersangka; jadilah aku disalahkan. Lagi.
Bukan dengan kata, tetapi dengan sikap dan mata mereka. Sama saja menyakitkan
menurutku.
Baiklah,
sekarang lebih baik bicara logika saja. Dengan pikiran dan hati yang adem. Tak
perlu pakai emosi, karena bikin capek.
1. Kalau secara
logika, atasan sedang sangat membutuhkan bantuan A, B, C. Cara tercepat untuk menemukan no. Telp mereka adalah dengan
menghubungi teman seangkatan, dan itu aku. Jadi salahkah kalau aku memberitahu
no. Telp mereka?
2. Kalau aku
memang tak memberi no. Telp A, B, C, misalnya. Mereka atasan. Apa sulit bagi atasan tersebut mencari
no. Telp A, B, dan C? Hallow. Id ada
dimana-mana, sebagai pegawai juga terdaftar resmi. Memangnya sesulit mencari
orang di tengah padang pasir?
3. Lagipula
pertanyaannya, kalau H yang meminta no. Telp, kenapa N juga menelpon? Dapat no. Hp darimana dia?
4. Kalaupun hari
minggu gagal dihubungi, masih ada Hari Senin. Bukankah tugas itu pasti, mau tak mau akan ditugaskan juga?
5. Kalau dari
berbagai sisi ternyata tindakanku memang kurang tepat dan sulit dimaafkan, apa
yang bisa kulakukan untuk menebusnya?
Aku sepenuhnya
mengerti B, C, dan D marah karena simpati
dengan A.
Setia kawan, mungkin namanya. Wah. Kalau begitu aku mungkin adalah rusa paling
tak punya rasa setia kawan di mata mereka. Biarlah. Biar. Suatu saat A, B, c, dan bahkan D bakal mengerti.
Marah seperti
itu tidak sama dengan melindungi. Kesetiakawanan sejati hanya bisa dilihat
ketika keadaan darurat. Seorang sahabat yang dikatakan setia adalah yang selalu
melindungi dan berbagi. Entah sekacau apapun keadaan dirinya, tetap
memperhatikan sahabatnya. Dalam keadaan itu pun dia akan sepenuhnya mencari
jalan keluar, bukan berubah menjadi serigala dan mencari rusa sendirian untuk
diincar.
Aku juga belajar
hal lain dari ini : aku harus punya kawanan. Aku harus punya teman berkumpul.
Teman yang saling mengingatkan kebaikan, dimanapun aku berada. Bismillah,