Ujian Pertama

Anak Menwa identik dengan anak yang disiplin, teratur, struggling, penuh tekad, ga gampang nangis, maskulinlah. Tapi, meski tiga tahun lebih digodok di Menwa, beberapa karakter non-Menwaku masih saja melekat. Belum berubah.


Salah satu kelemahanku yang paling dominan adalah terlalu perasa. Yah aku tahu banyak sisi positifnya c, kalau aku kembangkan dalam dunia tulisan. Akan tetapi dalam kehidupan sosial, sebenarnya karakter ini (karakter bukan ya, mudah-mudahan masih bisa dikendalikan) cukup merepotkan. Terlalu banyak ga enak ke orang, terlalu sensitif, dikit-dikit dipikir. Memang jatuhnya kembali ke aku yang capek sendiri, pusing sendiri. Tapi masih belajar.... Keep fighting and struggling, Les! "Belajar untuk cuek", nasihat mbak Ori. Thank you very very much, Oenni.

Pernah aku bilang ke salah satu teman. Kalau aku yang dulu, beberapa tahun lalu berbeda dengan aku yang sekarang. Dulu, kalau aku disakiti, dikhianati, diremehkan; aku kemudian akan mundur, jadi orang biasa-biasa saja, nangis diam-diam di kamar, menghilang dari dunia. Seperti anak kecil kehilangan ibunya. Ini sering sekali terjadi. Bertahun-tahun. Tapi sekarang, aku sudah berubah! Kalau itu terjadi lagi, aku akan balik melawan. Memperjuangkan diri. 

"Banyak banget yang telah terjadi, mereka yang membuatku jadi keras kepala seperti ini!" Ucapku berapi-api berlinangan air mata. Dendam yang positif.

Nyatanya, aku baru bisa om-do (omong doank). Aku masih terlalu perasa. Semangat berjuang makin tinggi, dan punya makin banyak cara. Tapi kalau ada orang yang sedikit meyenggolku, aku bukannya mempertahankan diri. Aku masih memilih mundur. Yah setidaknya tak lagi nangis diam-diam di kamar. :D Satu langkah kecil. 

P.S
Karakter non menwa maksudnya karakter yang ga banget dimiliki anak menwa :) CMIW